Sabtu. Sang surya memancarkan sinarnya hingga senja menyambut. Doaku diijabah. Kondisi alam begitu berpihak kepadaku. Dengan bantuan OB di kantor, jadilah saya diantar ke tempat tujuan favorit. Pantai. Di sepanjang jalan saya berceracau tak tentu, cerita apa saja dengan udin-sang OB. Seakan-akan saya baru saja dibonceng naik motor. Melihat baliho ataupun spanduk yang terpampang di setiap sudut jalan. Sangat sulit saya ceritakan perasaan saya pada saat itu. Tapi setahu saya seperti seorang remaja yang baru bertemu lagi dengan seseorang yang disayang. Kangen, rindu, aah.. sangat tak menentu dan pastinya tidak sabar. Campur aduk jadi satu.
Sebelum tiba di Losari sempat terlintas dibenak, apakah saya akan merasa sepi dalam keramaian karena saya sendiri. Dulu saya pernah merasakan hal yang sama, merasa kesepian padahal saya berada pada suasana yang sangat ramai. Apalagi saya sendiri, hanya berjaga-jaga saja perasaan seperti itu hadir di kala saya ingin menyenangkan diri. Nyatanya setelah saya jalani, saya tidak merasakan apa yang saya pikirkan. Suatu kemajuan batin ku berucap.
Tak berapa lama ada 2 ibu dan 2 anaknya. Duduk dibangku yang sama denganku. Merasakan jalangkote yang sama pula. Kemudian saya asik bercinta dengan senja, menikmati terang biru langit yang sebentar lagi berubah lebih gelap. Aah.. seperti berabad-abad rasanya. Saya kangen sekali. Sesekali berbincang dengan si ibu tentang tenda yang telah berdiri pada saat saya datang.
"Besok mau ada peresmian taman baca" ujar si ibu bersemangat
"Wow.. dengan tenda seperti itu, gimana kalau hujan lebat disertai angin ya? trus bukunya ditaroh dimana?" saya menimpali dengan nada sedikit skeptis pada keadaan yang ada.
Si ibu tetap berbincang, kadang melontarkan pertanyaan. Saya jawab seadanya dan balik bertanya. Demikian seterusnya. Ternyata saya tak benar-benar sendiri rupanya.
Langit sudah gelap. Desiran angin membawa partikel air yang menyebabkan kelembaban. Sebentar lagi akan turun hujan bisik hatiku. Padahal belum puas kenikmatan yang saya rasakan. Tapi saya harus beranjak. Demi menunaikan kewajiban yang sering terlewatkan. Saya memutuskan untuk menyusuri losari lama yang sekarang ini tak terawat. Sesekali melepas pandang ke laut dengan sampah yang berselancar diatas permukaan. Pemandangan yang mengenaskan batinku lagi. Diiringi sayup lantunan tembang dan petikan gitar penyanyi jalanan, seolah makin mendramatisir perjalananku. Dan saya pun bermunajat di tempat ibadah terdekat.
Kemudian saya lanjutkan perjalanan menggunakan kaki. Salah satu ajang terapi yang biasa saya lakukan. Tapi akhir-akhir ini sangat jarang saya lakukan. Kekangenan kembali meruah ketika saya berjalan. Kembali saya menyusuri ruas losari lama dengan melihat, mengamati apa saja.
Saya tergelitik dengan penjaja asongan pernak-pernik. Asesoris yang dia jual seperti bando yang mempunyai tanduk. Seperti devil. Lucu tapi menyeramkan juga. Nah, apa yang saya ingat? teman saya di blogger makassar yang punya panggilan "tanduk". Saya berpikir akan sangat lucu kalau dia gunakan itu, sangat cocok dengan olokannya "tanduk". Tanpa sengaja saya mendengar pegadang asongan itu menyebut dagangannya "yak..bandol tanduk-nya... bandol tanduk-nya" serunya kepada calon pembeli. Ingin ketawa, ah sayang saya sendiri, takutnya orang-orang akan membatin "manis-manis tapi gila"
Tak berhenti otak saya berceracau, hati pun ikut riuh mengimbangi si otak. Organ saya seakan berdialog satu sama lain. Indera pun membantu memperlancar komunikasi yang terjadi. Sudah sangat lama saya baru merasakan lagi kebisingan yang terjadi dalam diriku ini.
Langkahpun terhenti dibangku kosong dengan permukaan air yang lumayan bersih dari sebelumnya. Sayapun mengistirahatkan kaki dengan duduk disitu.
Ada penggalan puisi yang tercipta :
begitu mengingat pantai, begitu juga kekangenan saya membuncah.
memang sudah lama sekali saya tidak menikmati pantai.
dengan menyenangkan diri walau sekedar duduk dan terdiam di bibir laut.
deru ombak melantunkan simponi yang sangat merdu di telinga, menjadi terapi tersendiri bagiku.
Itu, satu alasan dari berjuta alasan yang ada, mengapa saya sangat mencinta laut dan bibirnya. Saya sangat menikmati percintaan kali ini. Tapi pergumulan ini harus dihentikan dengan mulai menggumulnya awan diatas kepala. Kaki pun saya langkahkan kembali, menyusuri tujuan akhir. Sesekali saya berhenti hanya untuk melihat jenis dagangan di emperan. Atau memperhatikan semboyan polisi perairan "Arnavat Darpa Mahe".
Tak terasa kakipun telah menjejakkan di depan Fort Rotterdam. Sangat banyak sepeda BMX yang nangkring disana. Namun tetap saja saya berlalu. Hanya sesekali berpaling dan menyeruput es kelapa dalam imajinasi.
Halte pertama saya jatuh di xpresso, warnet tempat si purpleholic mencari penghidupan. Dan ternyata air yang tumpah dari langit mengharuskan saya berhenti dari perjalanan yang sangat merelakskan dan menyenangkan.
Setibanya di Anjungan Losari.
Sangat banyak orang, hiruk pikuk menyambut saya. Biasanya saya merasa sedikit risih berada pada ruang publik yang sangat ramai dengan seorang diri. Tapi sabtu ini, saya sangat menikmati kondisi yang ada. Melihat-lihat sekeliling, pedagang minuman yang tak henti-hentinya menjajakan kepada calon pembeli. Pedagang emperan yang menggelar lesehan jualannya, banyak pernak-pernik sedang in dipajang. Ada juga pedagang jalangkote, aah saya jadi ingat ketika semasih kuliah dulu. Pedagang jalangkote keliling, cukup mengganjal perut disela-sela menunggu peralihan jadwal kuliah selanjutnya. Sekilas terkenang masa-masa kuliah dulu, bercanda bersama sahabat ditemani jalangkote itu. Langsung saja saya niatkan untuk mencicipi untuk lebih afdol pengenangan saya. Tapi saya harus menemukan bangku kosong dulu. Ahaaa.. bangku kosong di area tengah menunggu untuk saya duduki. Lumayan mencolok untuk ukuran tubuhku yang sebesar ini. Tapi rasa ketidakpedulian lebih besar sehingga saya memutuskan untuk duduk di bangku itu. Agak canggung juga dengan kesendirian, tapi tak apa-apa. Untung saja ada alat komunikasi, disitulah salah satu fungsinya, Pembunuh sepi. Saya pun terlibat percakapan karakter dengan beberapa teman yang berada di tempat dan waktu yang berbeda. Tiba-tiba perhatian saya teralih pada 4 orang laki-laki yang sedikit kemayu. Waaah... saya kenal salah satunya, tepatnya laki-laki buncit yang berkaos ungu dengan tas selempang rajutan dengan warna senada, namanya Dino. Laki-laki heboh yang pernah ada. Melihat dan mengingat Dino membuat saya menyunggingkan senyum.
Sangat banyak orang, hiruk pikuk menyambut saya. Biasanya saya merasa sedikit risih berada pada ruang publik yang sangat ramai dengan seorang diri. Tapi sabtu ini, saya sangat menikmati kondisi yang ada. Melihat-lihat sekeliling, pedagang minuman yang tak henti-hentinya menjajakan kepada calon pembeli. Pedagang emperan yang menggelar lesehan jualannya, banyak pernak-pernik sedang in dipajang. Ada juga pedagang jalangkote, aah saya jadi ingat ketika semasih kuliah dulu. Pedagang jalangkote keliling, cukup mengganjal perut disela-sela menunggu peralihan jadwal kuliah selanjutnya. Sekilas terkenang masa-masa kuliah dulu, bercanda bersama sahabat ditemani jalangkote itu. Langsung saja saya niatkan untuk mencicipi untuk lebih afdol pengenangan saya. Tapi saya harus menemukan bangku kosong dulu. Ahaaa.. bangku kosong di area tengah menunggu untuk saya duduki. Lumayan mencolok untuk ukuran tubuhku yang sebesar ini. Tapi rasa ketidakpedulian lebih besar sehingga saya memutuskan untuk duduk di bangku itu. Agak canggung juga dengan kesendirian, tapi tak apa-apa. Untung saja ada alat komunikasi, disitulah salah satu fungsinya, Pembunuh sepi. Saya pun terlibat percakapan karakter dengan beberapa teman yang berada di tempat dan waktu yang berbeda. Tiba-tiba perhatian saya teralih pada 4 orang laki-laki yang sedikit kemayu. Waaah... saya kenal salah satunya, tepatnya laki-laki buncit yang berkaos ungu dengan tas selempang rajutan dengan warna senada, namanya Dino. Laki-laki heboh yang pernah ada. Melihat dan mengingat Dino membuat saya menyunggingkan senyum.
Tak berapa lama penjaja jalangkote melepas lelah didekatku. Saya sambut dengan gembira media pengenangan saya ini. Bentuk jalangkotenya masih seperti dulu, kecil. Dan saya yakin rasanya juga masih sama. Hanya nilai historis dan pengenangan yang saya cari. Aah, saya jadi kangen sekali dengan sahabat dan teman semasa di kampus. Sungguh cepat waktu berlalu kataku dalam hati.
Sebelum tiba di Losari sempat terlintas dibenak, apakah saya akan merasa sepi dalam keramaian karena saya sendiri. Dulu saya pernah merasakan hal yang sama, merasa kesepian padahal saya berada pada suasana yang sangat ramai. Apalagi saya sendiri, hanya berjaga-jaga saja perasaan seperti itu hadir di kala saya ingin menyenangkan diri. Nyatanya setelah saya jalani, saya tidak merasakan apa yang saya pikirkan. Suatu kemajuan batin ku berucap.
Tak berapa lama ada 2 ibu dan 2 anaknya. Duduk dibangku yang sama denganku. Merasakan jalangkote yang sama pula. Kemudian saya asik bercinta dengan senja, menikmati terang biru langit yang sebentar lagi berubah lebih gelap. Aah.. seperti berabad-abad rasanya. Saya kangen sekali. Sesekali berbincang dengan si ibu tentang tenda yang telah berdiri pada saat saya datang.
"Besok mau ada peresmian taman baca" ujar si ibu bersemangat
"Wow.. dengan tenda seperti itu, gimana kalau hujan lebat disertai angin ya? trus bukunya ditaroh dimana?" saya menimpali dengan nada sedikit skeptis pada keadaan yang ada.
Si ibu tetap berbincang, kadang melontarkan pertanyaan. Saya jawab seadanya dan balik bertanya. Demikian seterusnya. Ternyata saya tak benar-benar sendiri rupanya.
Langit sudah gelap. Desiran angin membawa partikel air yang menyebabkan kelembaban. Sebentar lagi akan turun hujan bisik hatiku. Padahal belum puas kenikmatan yang saya rasakan. Tapi saya harus beranjak. Demi menunaikan kewajiban yang sering terlewatkan. Saya memutuskan untuk menyusuri losari lama yang sekarang ini tak terawat. Sesekali melepas pandang ke laut dengan sampah yang berselancar diatas permukaan. Pemandangan yang mengenaskan batinku lagi. Diiringi sayup lantunan tembang dan petikan gitar penyanyi jalanan, seolah makin mendramatisir perjalananku. Dan saya pun bermunajat di tempat ibadah terdekat.
Kemudian saya lanjutkan perjalanan menggunakan kaki. Salah satu ajang terapi yang biasa saya lakukan. Tapi akhir-akhir ini sangat jarang saya lakukan. Kekangenan kembali meruah ketika saya berjalan. Kembali saya menyusuri ruas losari lama dengan melihat, mengamati apa saja.
Saya tergelitik dengan penjaja asongan pernak-pernik. Asesoris yang dia jual seperti bando yang mempunyai tanduk. Seperti devil. Lucu tapi menyeramkan juga. Nah, apa yang saya ingat? teman saya di blogger makassar yang punya panggilan "tanduk". Saya berpikir akan sangat lucu kalau dia gunakan itu, sangat cocok dengan olokannya "tanduk". Tanpa sengaja saya mendengar pegadang asongan itu menyebut dagangannya "yak..bandol tanduk-nya... bandol tanduk-nya" serunya kepada calon pembeli. Ingin ketawa, ah sayang saya sendiri, takutnya orang-orang akan membatin "manis-manis tapi gila"
Tak berhenti otak saya berceracau, hati pun ikut riuh mengimbangi si otak. Organ saya seakan berdialog satu sama lain. Indera pun membantu memperlancar komunikasi yang terjadi. Sudah sangat lama saya baru merasakan lagi kebisingan yang terjadi dalam diriku ini.
Langkahpun terhenti dibangku kosong dengan permukaan air yang lumayan bersih dari sebelumnya. Sayapun mengistirahatkan kaki dengan duduk disitu.
Ada penggalan puisi yang tercipta :
begitu mengingat pantai, begitu juga kekangenan saya membuncah.
memang sudah lama sekali saya tidak menikmati pantai.
dengan menyenangkan diri walau sekedar duduk dan terdiam di bibir laut.
deru ombak melantunkan simponi yang sangat merdu di telinga, menjadi terapi tersendiri bagiku.
Itu, satu alasan dari berjuta alasan yang ada, mengapa saya sangat mencinta laut dan bibirnya. Saya sangat menikmati percintaan kali ini. Tapi pergumulan ini harus dihentikan dengan mulai menggumulnya awan diatas kepala. Kaki pun saya langkahkan kembali, menyusuri tujuan akhir. Sesekali saya berhenti hanya untuk melihat jenis dagangan di emperan. Atau memperhatikan semboyan polisi perairan "Arnavat Darpa Mahe".
Tak terasa kakipun telah menjejakkan di depan Fort Rotterdam. Sangat banyak sepeda BMX yang nangkring disana. Namun tetap saja saya berlalu. Hanya sesekali berpaling dan menyeruput es kelapa dalam imajinasi.
Halte pertama saya jatuh di xpresso, warnet tempat si purpleholic mencari penghidupan. Dan ternyata air yang tumpah dari langit mengharuskan saya berhenti dari perjalanan yang sangat merelakskan dan menyenangkan.
-sepenggal-awal-perjalanan-
sembilanfebruariduaribudelapan
sembilanfebruariduaribudelapan
10 komentar:
ada namaku disebut... :D
Hayo..kapan2 jalan kaki rame2.
Kopdar jalan kaki sehat. :D
Asyik ya yg bisa jalan-jalan dan menikmati keindahan dunia. :D
@ ina :
hahahahaa.. ayok!! ayook!!
saya semangat ini
haduuh sayang cuaca tak tentu :(
@ ecko :
iya dunk... jalan-jalan itu sangat mengasikkan walaupun cuma didalam kota
cobain deh ^^
Oh.. Jalangkote
I miss you so much
:p
ah nyamanna yang masih bujang...
wetz
tanduk...
hahahhahahahahah
ndak ajak2 kalau mau ke pantai :(
Lepaskan....Ntan...!!!
emang ini sabtu kapan ya? saya sabtu kemarin sempet jalan2 juga ke losari. siang seh jam 4an masih ada yang masang tenda tau untuk apa.
koq gak liat ya :D
Asyik....
Sebuah tulisan yang tercurah langsung dari sebuah perpaduan alam khayal kembali ke masa lalu, dengan alam rasa yang lagi bertengger di dalam rongga dada.
Cantik......sekali, dan moga kehidupan ini semakin cantik ke depan.
Piiiissssss sis!
@ adink :
kodoong... jalangkote memang tiada duanya (koq kayak motto mobil yah)
^^
@ mamie :
iya mumpung masih bujang jadi dinikmati saja dulu
banyak juga pendatang yang datang bareng keluarga loh
@ anhie :
hahahahaa.. iya saya langsung terkonek sama dirimu :P
bukan ndak ajak2 cuman refreshing spontanitas ji :D
@ DN :
apa yang dilepasakan?
hihihihihiii...
you're ROCK!!
@ Laksono :
hah?! masa siih... iya sabtu, 090208. waah ternyata kita berada di tempat yang sama. tendanya katanya untuk pembukaan taman baca, ah tapi gak tau juga
@ DM :
hihihihiii.. iya, betul sekali analisanya :D
makasih daeng yah
Posting Komentar
Thanks sudah mampir dan ninggalkan jejak ;)