seakan menegak minuman beraroma
lunglai
seakan sendi tak bertulang
letih
seakan berpuluh hari mata tak terpejam
aku bergetar
terlebih hatiku
menyelami karakter demi karakter
makna demi makna
yang bukan lagi milikku
aku tak menuduh
hanya mengungkapkan keresahan hati
aku tak menginginkan
hanya membaca gerak laku
dan kini...
tak ada airmata menyertai
tak ada kegundahan mengikuti
tak ada pula amarah
yang kutahu
hanya ada penyesalan
membayangi jalan lurus membentang di depan
walau terseok akan terus ku coba melangkah
walau tertatih akan terus ku paksa berpijak
terus ku coba...
tetap ku paksa...
hingga titik nadir pengharapan
menyinarkan keanggunan cahyanya
namun entah kapan
kota daeng, 060208
-disela-kekisruhan-rutinitas-dan-kegalauan-nurani-setelah-tulisan-itu-hadir-
0 komentar:
Posting Komentar
Thanks sudah mampir dan ninggalkan jejak ;)