"Makassar memang TOP!! 2 jempol!!"
Seruan itu yang terlontarkan setelah menjalani perjalanan kurang lebih 1 jam 15 menit dari Alaudin ke Tamalanrea. Jalan Syeh Yusuf - Antang yang saya lewati terasa sangat membosankan dengan debu-debu yang menari balet menghampiri permukaan kendaraan sampai kulit wajahku yang tanpa pelembab. Untung saja telingaku sedikit terhibur oleh suara pa'ganderang bulo[1] iring-iringan pengantin yang mobil pengantinnya tidak tampak. Akhirnya sampai juga suprafit keluaran baru milik irha di tugu adipura yang entah sampai kapan Makassar bisa kejatuhan predikat sebagai kota ter-asri, bersih dan sejumlah kualifikasi sebagai penerima adipura itu.
Betul betul Makassar kammane *sambil mengacungkan 2 jempol keatas*
Sesampai di depan proyek Makassar Town Square - Tello' kepadatan lalu lintas sudah terasa begitu ajeb-ajeb. Sebenarnya yang jadi pemicunya adalah proyek pelebaran jalan kanan-kiri sepanjang Perintis Kemerdekaan hingga Urip Sumoharjo. Ditambah lagi pete'-pete'[2] yang tak mau kalah untuk memenuhi jalan dengan penge-tem-an penumpang demi sesuap nasi atau memang sudah jadi "tradisi".
Lagi-lagi kulit bak jeruk yang sudah lama tak tersentuh oleh lulur dihinggapi debu campur kerikil. Rayapan lalu lintas tak bergeming hingga depan kampus kuning gading. Peluh semakin mengucur dari seluruh pori. Balutan hitam dengan tulisan i'm blogger di belakang tubuh pun, tidak bisa lagi menghalangi rasa sejuk dari mandi matahari pukul 12 siang tadi. Kendaraan tetap merangkak hingga kampus kebanggan kota anging mammiri. Dan ternyata dalam jarak 1 kilo pun kesimpang siuran lalu lintas tetap setia menemani pengguna jalan.
Makassar memang tiada duanya!!
Kegersangan yang ditimbulkan oleh proyek pelebaran jalan patut mendapat perhatian.
Akankah setelah proyek pelebaran jalan selesai, Makassar bisa diasrikan kembali?
Walaupun yang kemarin pun hanya segelintir-dua gelintir pohon yang berdiri.
Betul betul Makassar kammane *sambil mengacungkan 2 jempol keatas*
Sesampai di depan proyek Makassar Town Square - Tello' kepadatan lalu lintas sudah terasa begitu ajeb-ajeb. Sebenarnya yang jadi pemicunya adalah proyek pelebaran jalan kanan-kiri sepanjang Perintis Kemerdekaan hingga Urip Sumoharjo. Ditambah lagi pete'-pete'[2] yang tak mau kalah untuk memenuhi jalan dengan penge-tem-an penumpang demi sesuap nasi atau memang sudah jadi "tradisi".
Lagi-lagi kulit bak jeruk yang sudah lama tak tersentuh oleh lulur dihinggapi debu campur kerikil. Rayapan lalu lintas tak bergeming hingga depan kampus kuning gading. Peluh semakin mengucur dari seluruh pori. Balutan hitam dengan tulisan i'm blogger di belakang tubuh pun, tidak bisa lagi menghalangi rasa sejuk dari mandi matahari pukul 12 siang tadi. Kendaraan tetap merangkak hingga kampus kebanggan kota anging mammiri. Dan ternyata dalam jarak 1 kilo pun kesimpang siuran lalu lintas tetap setia menemani pengguna jalan.
Makassar memang tiada duanya!!
Kegersangan yang ditimbulkan oleh proyek pelebaran jalan patut mendapat perhatian.
Akankah setelah proyek pelebaran jalan selesai, Makassar bisa diasrikan kembali?
Walaupun yang kemarin pun hanya segelintir-dua gelintir pohon yang berdiri.
Ah.. Makassar!!
-sedikitcurhattentangkotakoe-
[1] : Pemusik pengiring Pengantin yang ikut iring-iringan pengantin
[2] : Angkotan kota khas Makassar dan biasanya berwarna biru, hanya cukup untuk 12 orang penumpang saja
0 komentar:
Posting Komentar
Thanks sudah mampir dan ninggalkan jejak ;)